Foto: detikcom Futiha.com
Bumiayu - Jajanan khas dari Bumiayu, Brebes ini jadi favorit banyak orang. Tiap kali lewat tempat ini, mereka mampir untuk jajan ketan yummy ini.
Berbagai masakan olahan masakan ketan dengan konsep kekinian bermunculan mengikuti perkembangan zaman. Misalnya ketan yang dipadukan dengan bermacam topping, oreo, cokelat, susu, pisang, mix fruit, serta es krim. Namun masakan khas Bumiayu Kabupaten Brebes ini masih mempertahankan konsep tradisional, yakni ketan pecok.
Makanan atau jajanan ini menjadi ciri khas oleh- oleh yang dapat dibawa pulang dikala melewati jalur tengah Jateng atau jalur Tegal- Purwokerto. Ketan pencok di Bumiayu ini sudah dikenal semenjak tahun 1960. Ketan Pencok Ibu Bariyah dapat dikatakan penggagas masakan khas ini.
Foto: detikcom |
Nasi ketan pada jajanan ini hampir sama dengan masakan olahan ketan lain. Hanya saja butir ketannya halus dengan rasa pulen lembut. "Kalau ketan biasa kan tampak ketannya bergairah dan besar- besar. Ini ketannya halus menyerupai ditumbuk, tetapi tidak ditumbuk," terang Aminah, anak dari pemilik ketan pencok Bariyah.
Rahasianya, sehabis proses perebusan, ketan berwana putih pucat yang masih panas dan tampak berminyak itu dipukul- pukul supaya padat. Selain itu, semoga ketan terasa halus dikala disantap. Memukul- mukul ketan menggunakan lempengan kayu ini disebut 'nggeblek'. Setelah digeblek ketan berbentuk persegi panjang menyerupai karpet yang digelar.
"Dari awal bikin hingga sekarang, kami menggunakan ketan orisinil dengan kualitas terbaik. Agar pembeli tidak puas," ucapnya. Dari perebusan dan pencampuran dengan santan hingga menjadi padat hanya memerlukan waktu sekitar tiga jam. Proses yang usang justru dikala menciptakan pencok atau serundeng.
Kelapa parut yang disangrai hingga wangi. Warnanya kuning kecokelatan dengan aksesori bumbu rahasia. Campuran itu lalu ditumbuk dan dicampur dengan gula jawa hingga menjelma warna cokelat.
"Pencok inilah yang menciptakan istimewa masakan ini. Kalau ketan mungkin biasa, tapi jika sudah ditabur dengan pencok, jadi istimewa, ini yang menciptakan khas," kata ibu dua anak itu.
Taburan pencok di atas ketan menjadi jajanan tradisional ini terasa gurih dan manis. Penemu ketan pencok, almarhumah Bariyah, awalnya berjualan pecel di jalan protokol Bumiayu. Namun, dagangannya kurang laku. "Ibu saya (Bariyah) berpikir untuk menciptakan sesuatu yang beda. Makanan yang belum ada sebelumnya," kata Aminah.
Ia pun coba- coba menciptakan ketan dengan ditambah dengan taburan serundeng dan ternyata banyak yang suka. Awalnya, Bariyah pun berjualan dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebelum meninggal dunia, resep ketan pencok diwariskan kepada anak tunggalnya itu, Aminah.
Berawal dari berjualan di emperan toko, dikala ini Ketan Pencok Ibu Bariyah sudah memiliki dua kios, yakni di Jalan Pangeran Diponegoro bersahabat Pasar Induk Bumiayu dan di Jalan KH Ikhsan Turmudzi Nomor 21 Bumiayu.
Foto: detikcom |
Harga ketan pencok bervariasi dari Rp 5.000 hingga Rp 100.000. Untuk ketan pencok yang dikemas menggunakan besek kecil, paling murah Rp 20.000 per besek. Ketan pencok yang dikemas dengan besek besar dibanderol Rp 100.000. "Lebih besar beseknya, tentu isinya juga lebih banyak. Untuk harga Rp 5.000 hingga Rp 15.000, ketan pencok dikemas menggunakan daun," ucapnya.
Pelanggannya tidak hanya berasal dari Brebes, Tegal, Purwokerto dan sekitarnya. Namun juga dari kota- kota lain semisal Jogja, Cirebon, dan Jakarta. Mereka rata- rata merupakan pelanggan lama. Saat lewat Bumiayu, mereka mampir untuk beli. Atau terkadang pesan terlebih dahulu alasannya yaitu takut kehabisan.
"Paling ramai dikala simpulan pekan dan pulang kampung Idulfitri dimana banyak orang melewati Bumiayu. Mereka dapat dari Jakarta mau ke Purwokerto atau Jogja atau dari sebaliknya," imbuhnya.
Ketan Pencok Ibu Bariyah kerap diikutkan Pemkab Brebes dan pihak swasta menyerupai BUMN untuk diajak mengikuti ekspo UMKM. "Terakhir, kami diajak BRI untuk ekspo Parade UMKM di Semarang. Banyak warga Semarang tanya kapan buka cabang di Semarang, saya jawab nanti jika sudah tidak repot lagi melayani pelanggan di Bumiayu," ucapnya sambil tertawa.
Seorang pelanggan dari Jogja, Nawira Assegaf (37), menyatakan sudah usang ia menjadi pelanggan Ketan Pencok Ibu Bariyah. "Saya beli terakhir sekitar tahun 2000, lalu saya ke Malaysia ikut adik. Ini gres balik mau mencoba ketan pencok, rasanya masih sama menyerupai dulu atau tidak. Ternyata masih sama kaya dulu, enak," ucapnya.